This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 04 November 2012

Status Gizi

 Status Gizi Balita 


• Prevalensi nasional Gizi Buruk pada Balita adalah 5,4%, dan Gizi Kurang pada
Balita adalah 13,0%. Keduanya menunjukkan bahwa baik target Rencana
Pembangunan Jangka Menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi  (20%),
maupun target Millenium Development Goals pada 2015 (18,5%) telah tercapai pada
2007. Namun demikian, sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi Gizi Buruk dan Gizi
Kurang diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Riau, Jambi, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan
Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan
Papua. 
• Secara nasional, 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Gizi Buruk dan Gizi
Kurang pada Balita tertinggi berturut-turut adalah Aceh Tenggara (48,7%), Rote Ndao
(40,8%), Kepulauan Aru (40,2%), Timor Tengah Selatan (40,2%), Simeulue (39,7%),
Aceh Barat Daya (39,1%), Mamuju Utara (39,1%), Tapanuli Utara (38,3%), Kupang
(38,0%), dan Buru (37,6%). Sedangkan 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Gizi Buruk
dan Gizi Kurang pada Balita terendah adalah Kota Tomohon (4,8%), Minahasa (6,0%),
Kota Madiun (6,8%), Gianyar (6,8%), Tabanan (7,1%), Bantul (7,4%), Badung (7,5%),
Kota Magelang (8,2%), Kota Jakarta Selatan (8,3%), dan Bondowoso (8,7%).
• Prevalensi nasional Gizi Lebih Pada Balita adalah 4,3%. Sebanyak 15 provinsi
mempunyai prevalensi Gizi Lebih Pada Balita diatas prevalensi nasional, yaitu Sumatera
Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI
Jakarta, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan,
Maluku dan Papua. 
• Secara bersama-sama, prevalensi nasional Balita Pendek dan Balita Sangat
Pendek (stunting) adalah 36,8%. Sebanyak 17  provinsi mempunyai prevalensi Balita
Pendek dan Balita Sangat Pendek di atas prevalensi nasional, yaitu DI Aceh, Sumatera
Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara
Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, dan Papua Barat.
• Secara nasional, 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Balita Pendek dan
Sangat Pendek tertinggi adalah Seram Bagian Timur (67,4%), Nias Selatan (67,1), Aceh
Tenggara (66,8%), Simeulue (63,9%), Tapanuli Utara  (61,2%), Aceh Barat Daya
(60,9%), Sorong Selatan (60,6%), Timor Tengah Utara (59,7%), , Gayo Lues (59,7), dan
Kapuas Hulu (59,0%). Sedangkan 10 kabupaten/kota yang mempunyai prevalensi Balita
Pendek dan Sangat Pendek terendah adalah Sarmi (16,7%), Wajo (18,6%), Kota
Mojokerto (19,0%), Kota Tanjung Pinang (19,3%), Kota Batam ( 20,2%), Kampar
(20,4%), Kota Jakarta Selatan (20,9%), Kota Madiun (21,0%), Kota Bekasi (21,5%), dan
Luwu Timur (21,7%).
• Prevalensi nasional Balita Kurus adalah 7,4% (wasting-serius) dan Balita Sangat
Kurus adalah 6,2% (wasting-kritis). 
• Sebanyak 25 provinsi mempunyai prevalensi Balita Kurus diatas prevalensi
nasional, yaitu DI Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera
Selatan, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Timur, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan
Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi  Tenggara, Gorontalo, Sulawesi
Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua. 
• Sebanyak 21 provinsi mempunyai prevalensi Balita Sangat Kurus diatas
prevalensi nasional, yaitu DI Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi,
Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, DKI Jakarta, Banten, Nusa Tenggara Barat,
Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, dan Papua
Barat.
• Secara nasional, 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Balita Sangat Kurus dan
Kurus tertinggi adalah Solok Selatan (41,5%), Seruyan (41,1%), Manggarai (33,3%),
Tapanuli Selatan (31,9%), Seram Bagian Barat (31,0%), Asmat (30,9%), Buru ( 30,3%),
Nagan Raya (30,1%), dan Aceh Utara (29,9%). Sedangkan 10 kabupaten/kota dengan
prevalensi Balita Sangat Kurus dan Kurus terendah adalah Minahasa (0%), Kota
Tomohon (2,6%), Kota Sukabumi (3,3%), Kota Bogor (4,0%), Bandung (4,6%), Kota
Salatiga (4,9%), Kota Magelang (5,2%), Cianjur (5,4%), dan Bangka (5,6%).
• Prevalensi nasional Balita Gemuk adalah 12,2%.  Sebanyak 18 provinsi
mempunyai Balita Gemuk diatas prevalensi nasional,  yaitu DI Aceh, Sumatera Utara,
Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, DI Yogyakarta, Jawa Timur,
Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Timur, Sulawesi Barat, Maluku, dan Maluku Utara.

Status Gizi Penduduk Umur 6-14 Tahun (Usia Sekolah)
• Prevalensi nasional Anak Usia Sekolah Kurus (laki-laki) adalah 13,3%,
sedangkan prevalensi nasional Anak Usia Sekolah Kurus (Perempuan) adalah 10,9%. 
• Sebanyak 16 provinsi mempunyai prevalensi Anak Usia Sekolah Kurus (laki-laki) 
diatas prevalensi nasional, yaitu DI Aceh, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera
Selatan, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara
Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara, dan Maluku. 
• Sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi Anak Usia Sekolah Kurus
(Perempuan) diatas prevalensi nasional, yaitu DI Aceh, Riau, Jambi, Sumatera Selatan,
Lampung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat,
Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, dan Maluku.
• Prevalensi nasional Anak Usia Sekolah Gemuk (Laki-laki) adalah 9,5%,
sedangkan prevalensi nasional Anak Usia Sekolah Gemuk (Perempuan) adalah 6,4%. 
• Sebanyak 16 provinsi mempunyai prevalensi Anak Usia Sekolah Gemuk (Laki-
laki)  diatas prevalensi nasional, yaitu DI Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera
Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa
Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Maluku Utara, dan
Papua. 
• Sebanyak 17 provinsi mempunyai prevalensi Anak Usia Sekolah Gemuk
(Perempuan) diatas prevalensi nasional, yaitu DI Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi,
Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta,
Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Maluku, dan
Papua.

Status Gizi Penduduk Umur  ≥ 15 Tahun  
• Prevalensi nasional Obesitas Umum Pada Penduduk Umur ≥ 15 Tahun adalah
10,3%. Sebanyak 12 provinsi mempunyai prevalensi Obesitas Umum Pada Penduduk
Umur  ≥ 15 Tahun diatas prevalensi nasional, yaitu Bangka Belitung, Kepulauan Riau,
DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi
Tengah, Gorontalo, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua. 
• Berdasarkan perbedaan menurut jenis kelamin menunjukkan, bahwa prevalensi
nasional Obesitas Umum Pada Laki-Laki Umur  ≥ 15 Tahun adalah 13,9%, sedangkan
prevalensi nasional Obesitas Umum Pada Perempuan Umur ≥ 15 Tahun adalah 23,8%.  
• Prevalensi nasional Obesitas Sentral Pada Penduduk Umur ≥ 15 Tahun adalah
18,8%. Sebanyak 17 provinsi mempunyai prevalensi Obesitas Sentral Pada Penduduk
Umur ≥ 15 Tahun diatas prevalensi nasional, yaitu Sumatera Utara, Bengkulu, Bangka
Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat,  Jawa Timur, Banten, Bali,
Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah,  Sulawesi Selatan, Gorontalo,
Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.

 Status gizi Wanita Usia Subur 15-45 tahun 
• Prevalensi nasional Kurang Energi Kronis Pada Wanita Usia Subur (berdasarkan
LILA yang disesuaikan dengan umur) adalah 13,6%. Sebanyak 10 provinsi mempunyai
prevalensi Kurang Energi Kronis Pada Wanita Usia Subur diatas prevalensi nasional,
yaitu DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur,
Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.

Penyakit Menular

Penyakit Menular – Ditularkan Vektor
• Prevalensi nasional Filariasis (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan
keluhan responden) adalah 0,11%. Sebanyak 8 provinsi mempunyai prevalensi Filariasis
diatas prevalensi nasional, yaitu Nangroe Aceh Darussalam, Kepulauan Riau, DKI
Jakarta, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Papua Barat dan Papua.
• Prevalensi nasional Demam Berdarah Dengue (berdasarkan diagnosis tenaga
kesehatan dan keluhan responden) adalah 0,62%. Sebanyak 12 provinsi mempunyai
prevalensi Demam Berdarah Dengue diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh
Darussalam, Riau, Bengkulu, DKI Jakarta, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur
Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Papua Barat dan
Papua.
• Prevalensi nasional Malaria (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan
keluhan responden) adalah 2,85%. Sebanyak 15 provinsi mempunyai prevalensi Malaria
diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Jambi,
Bengkulu, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan
Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua
Barat, dan Papua.

Penyakit Menular – Ditularkan Melalui Udara
• Prevalensi nasional Infeksi Saluran Pernafasan Akut (berdasarkan diagnosis
tenaga kesehatan dan keluhan responden) adalah 25,50%. Sebanyak 16 provinsi
mempunyai prevalensi Infeksi Saluran Pernafasan Akut diatas prevalensi nasional, yaitu
Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Bangkulu, Bangka Belitung, Kepulauan
Riau, Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan
Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku, Papua Barat, dan
Papua.
• Secara nasional, 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Infeksi Saluran
Pernafasan Akut tertinggi adalah Kaimana (63,8%), Manggarai Barat (63,7%), Lembata
(62,0%), Manggarai (61,1%), Pegunungan Bintang (59,5%), Ngada (58,6%), Sorong
Selatan (56,5%), Sikka (55,8%), Raja Ampat (55,8%), dan Puncak Jaya (56,7%).
Sedangkan 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Infeksi Saluran Pernafasan Akut
terendah adalah Seram  Bagian Barat (3,9%), Kota Denpasar (4,1%), Kota Binjai (5,4%),
Pulang Pisau (6,3%), Ogan Komering Ulu (6,3%), Kota Palembang (6,8%), Kota Pagar
Alam (7,1%), Langkat (7,7%), Kota Pasuruan (8.0%), dan Pontianak (8,6%).
• Prevalensi nasional Pnemonia (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan
keluhan responden) adalah 2,13%. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi
Pnemonia diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera
Barat, Jawa Barat, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan
Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Maluku
Utara, Papua Barat, dan Papua.
• Prevalensi nasional Tuberkulosis Paru (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
dan keluhan responden) adalah 0,99%. Sebanyak 17 provinsi mempunyai prevalensi Tuberkulosis Paru diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam,
Sumatera Barat, Riau, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI  Yogyakarta, Banten, Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat, dan
Papua.
• Prevalensi nasional Campak (berdasarkan diagnosis  tenaga kesehatan dan
keluhan responden) adalah 1,18%. Sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi
Campak diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat,
Riau, Jambi, DKI Jakarta, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Papua Barat dan Papua.

Penyakit Menular – Ditularkan Melalui Makanan dan Minuman
• Prevalensi nasional Tifoid (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan
responden) adalah 1,60%. Sebanyak .. provinsi mempunyai prevalensi Tifoid diatas
prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara  Timur, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Papua Barat dan
Papua.
• Prevalensi nasional Hepatitis (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan
keluhan responden) adalah 0,60%. Sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi
Hepatitis diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat,
Riau, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Maluku Utara, Papua Barat dan
Papua.
• Prevalensi nasional Diare (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan
responden) adalah 9,00%. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi Diare diatas
prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan
Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan Papua.

Perilaku Merokok



• Persentase nasional Merokok Setiap Hari Pada Penduduk Umur > 10 Tahun
adalah 23,7%. Sebanyak 17 provinsi mempunyai prevalensi Merokok Setiap Hari Pada
Penduduk Umur > 10 Tahun diatas prevalensi nasional, yaitu Sumatera Barat, Riau,
Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka  Belitung, Jawa Barat, Jawa
Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara,
Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Maluku Utara.
• Secara nasional, 85,4% perokok merokok di dalam rumah ketika bersama
anggota rumah tangga lain. Sedangkan jenis rokok yang paling diminati adalah kr
dengan filter (64,5%).
• Secara nasional, 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Merokok Setiap Har
Pada Penduduk Umur > 10 Tahun tertinggi adalah Asmat (53,5%), Mappi (44,0%), K
(40,6%), Boven Digul (36,8%), Temanggung (36,2%), Pegunungan Bintang (35,2%)
Wonosobo (34,6%), Melawi (34,5%), Probolinggo (34,3%), dan Lampung Barat (33,6
Sedangkan 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Merokok Setiap Hari Pada Pendu
Umur > 10 Tahun terendah adalah Puncak Jaya (8,9%), Kota Kupang (11,8%),
Pontianak (13,3%), Manokwari (13,5%), Sidoarjo (14,8%), Buton (15,2%), Yapen
Waropen (15,2%), Barru (15,4%), Kota Ambon (15,4%), dan Tabalong (15,9%).

Sabtu, 03 November 2012

Pengetahuan dan Sikap tentang HIV/AIDS



• Prevalensi nasional Pernah Mendengar HIV/AIDS adalah 44,4%. Sebanyak 17
provinsi mempunyai prevalensi Pernah Mendengar HIV/AIDS dibawah prevalensi
nasional, yaitu Nangroe Aceh Darussalam,  Sumatera  Barat, Sumatera Selatan,
Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara
Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku Utara.
• Prevalensi nasional Berpengetahuan Benar Tentang Penularan HIV/AIDS
(diantara penduduk yang pernah mendengar HIV/AIDS)  adalah 13,9%. Sebanyak 16
provinsi mempunyai prevalensi Berpengetahuan Benar  Tentang Penularan HIV/AIDS
(diantara penduduk yang pernah mendengar HIV/AIDS)  dibawah prevalensi nasional,
yaitu Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. 

Lingkungan Sehat

 

Sanitasi merupakan salah satu komponen dari Kesehatan Lingkungan, yaitu perilaku yang disengaja untuk membudayakan hidup bersih untuk mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya, dengan harapan dapat menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia.
Dalam penerapannya di masyarakat, sanitasi meliputi penyediaan air, pengelolaan limbah, pengelolaan sampah, kontrol vektor, pencegahan dan pengontrolan pencemaran tanah, sanitasi makanan, serta pencemaran udara.
Kesehatan lingkungan di Indonesia masih memprihatinkan. Belum optimalnya sanitasi di Indonesia ini ditandai dengan masih tingginya angka kejadian penyakit infeksi dan penyakit menular di masyarakat.
Pada saat negara lain pola penyakit sudah bergeser menjadi penyakit degeneratif, Indonesia masih direpotkan oleh kasus demam berdarah, Diare, Kusta, serta Hepatitis A yang seakan tidak ada habisnya.
Kondisi sanitasi di Indonesia memang tertinggal cukup jauh dari negara-negara tetangga. Dengan Vietnam saja Indonesia hampir disalip, apalagi dibandingkan dengan Malaysia atau Singapura yang memiliki komitmen tinggi terhadap kesehatan lingkungan di negaranya.
Jakarta hanya menduduki posisi nomor dua dari bawah setelah Vientianne (Laos) dalam pencapaian cakupan sanitasinya.
Sanitasi sangat menentukan keberhasilan dari paradigma pembangunan kesehatan lingkungan lima tahun ke depan yang lebih menekankan pada aspek pencegahan (preventif) daripada aspek pengobatan (kuratif).
Dengan adanya upaya preventif yang baik, angka kejadian penyakit yang terkait dengan kondisi lingkungan dapat dicegah.  Selain itu anggaran yang diperlukan untuk preventif juga relatif lebih terjangkau dari pada melakukan upaya kuratif.
Anggaran pemerintah untuk kesehatan lingkungan masih relatif minim. Dari anggaran yang masih minim tersebut, sanitasi tidak berada di urutan yang dijadikan prioritas utama.
Besarnya investasi untuk pengembangan sanitasi diperkirakan hanya Rp20/orang/tahun, lebih rendah dari yang dibutuhkan sebesar Rp40,000/orang/tahun. Buruknya sanitasi ini menyebabkan kerugian terhadap ekonomi Indonesia sebesar 6,3 milyar dolar AS setiap tahun pada tahun 2006, ini setara dengan 2.3% Produk Domestik Bruto (PDB) kita.
Pemerintah juga bekerjasama dengan beberapa negara berkembang untuk meningkatkan fasilitas sanitasi dan kondisi penyediaan air bersih, khususnya di daerah pedesaan. Sangat miris rasanya jika kita masih memerlukan dana negara lain untuk membangun sanitasi di negeri sendiri.
Selain pemerintah, masyarakat juga memiliki peran yang sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang sehat. Saat ini masih banyak masyarakat yang belum sadar akan pentingnya sanitasi.
Salah seorang praktisi kesehatan lingkungan menyatakan bahwa di pelosok desa masih ditemui masyarakat yang lebih memilih untuk buang air besar (BAB) di sawah daripada membangun WC untuk menjaga kesehatan diri dan lingkungan sekitarnya.
Mind set masyarakat seperti itulah yang perlu diubah. Sanitasi bukan hanya kewajiban, tetapi suatu kebutuhan akan kesehatan lingkungan.
Kita tentu tidak ingin dikenal sebagai sebuah negara yang warganya masih BAB (buang air besar) sembarangan, seperti dikatakan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, yang menargetkan bebas BAB pada akhir tahun 2014. BAB saja masih sembarangan, apa kata dunia?.

10 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

http://klikharry.files.wordpress.com/2012/07/perilakuhidupbersihdansehat.jpg 

perilaku hidup bersih dan sehat
Apa itu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)?

    PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan ataskesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapatmenolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktifdalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.
    PHBS itu jumlahnya banyak sekali, bisa ratusan. Misalnya tentang
    Gizi: makan beraneka ragam makanan, minum Tablet TambahDarah, mengkonsumsi garam beryodium, memberi bayi dan balitaKapsul Vitamin A. Tentang kesehatan lingkungan sepertimembuang sampah pada tempatnya, membersihkan lingkungan.
    Setiap rumah tangga dianjurkan untuk melaksanakan semuaperilaku kesehatan.

Apa itu PHBS di Rumah Tangga?

    PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakananggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakanperilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakankesehatan di masyarakat.
    PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapaiRumah Tangga Sehat.
    Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di Rumah Tangga yaitu :

    1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
    2. Memberi bayi ASI eksklusif
    3. Menimbang bayi dan balita
    4. Menggunakan air bersih
    5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
    6. Menggunakan jamban sehat
    7. Memberantas jentik di rumah
    8. Makan buah dan sayur setiap hari
    9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
    10.Tidak merokok di dalam rumah

Penyebab Obesitas Dan Pencegahan Obesitas Pada Anak

Obesitas atau berat badan yang berlebihan sangatlah tidak nyaman.  Di Amerika terjadi epidemi obesitas yang meningkat yaitu dari sekitar 5 persen pada tahun 1964 menjadi sekitar 13 persen pada tahun 1994, dan saat ini sudah sekitar 20 persen.
Beberapa faktor penyebab obesitas pada Anak-anak :
  1. Menghabiskan waktu berlebihan untuk  menonton televisi, menggunakan komputer, dan bermain video game.
  2. Mengkonsumsi makanan cepat saji dan makanan lain yang mengandung kadar lemak yang tinggi, makanan yang mengandung kadar gula yang tinggi dan makanan ringan lainnya.
Obesitas atau berat badan yang berlebihan dapat mengancam kesehatan yaitu dapat menimbulkan penyakit Diabetes Melitus tipe II, terutama pada anak-anak, dengan riwayat keluarga yang mempunyai penyakit Diabetes Melitus. Penyakit Diabetes Melitus ini dapat mengakibatkan diantaranya penyakit  Jantung, penyakit Ginjal, penyakit Tekanan darah tinggi, penyakit Stroke, dan lain-lain.
Beberapa tips pencegahan Obesitas pada anak :
  1. Mengembangkan gaya hidup sehat pada anak-anak, seperti mengikuti kegiatan olahraga, baik di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal.
  2. Mengembangkan pola makan yang sehat pada anak-anak, seperti menghindari makanan cepat saji, bila perlu ada larangan dari sekolah menjual makanan cepat saji. Menghindari makanan yang mengandung kadar lemak dan kadar gula yang tinggi, dan melatih anak-anak makan aneka buah-buahan dan sayuran.
  3. Membatasi anak-anak menonton televisi dua jam perhari atau bisa dengan mengkombinasikan antara menonton televisi dengan bermain komputer dalam waktu dua jam perhari.
Anak-anak di negara kita adalah masa depan kita. Menjaga anak-anak kita harus tetap sehat adalah  prioritas kita sebagai orangtua maupun pemerintah, dan pemerintah kita harus bertindak terhadap makanan yang di produksi oleh suatu perusahaan raksasa, yang mana target pasar perusahaan raksasa tersebut adalah anak-anak.